Wednesday 5 July 2017

Pulang

Desa itu bernama Pandanwangi, sebuah desa kecil di kabupaten Lumajang tempat saya menghabiskan masa kecil. Desa yang baru terjamah listrik saat saya masuk sekolah dasar, yang tiap halaman rumahnya terdapat pohon mangga, yang ruas jalannya belum teraspal, yang suasana paginya dipenuhi kicauan burung dan suara sapu lidi membersihkan halaman tiap rumah, yang anak-anak kecilnya masih suka bermain tanah dan akhirnya saya tinggalkan.

Pagi itu saya mengunjunginya lagi setelah hampir sepuluh tahun tak pernah berkunjung. Ada perasaan bahagia bercampur haru dan banyak pikiran tentang bagaimana desa itu sekarang selama perjalanan. Begitu sampai yang ada hanya rasa bahagia tak terungkap.

Ruas jalannya hampir semua sudah beraspal, banyak rumah yang tak lagi sama tapi pohon-pohon yang masih sama menaungi tiap halamannya walau mungkin dengan penghuni rumah yang tak lagi saya kenal, dan sepi yang menenangkan itu masih sama. Lalu rumah itu, dengan pagar tanamannya dan dua pohon mangga besar dihalaman depan serta pohon rambutan dihalaman samping, rumah untuk tiap kenangan indah masa kecil saya, kenangan tentang seorang ibu yang tiap pagi mengepang rambut saya sambil menyuapi saya lalu mengantar sekolah dengan sepeda onthel, kenangan tentang seorang bapak yang tiap sore mendengarkan siaran radio sambil menunggui saya belajar dimeja ruang tengah. Rumah itu masih sama hanya tanpa kursi panjang berwarna kuning diteras depan tempat bapak mengobrol dengan kawan sejawatnya, juga penghuni rumah yang sudah lama berganti. Saya hanya memandangi rumah yang pintunya tertutup itu.

Setelah melepas kangen dengan para tetangga saya memilih berjalan kaki kerumah seorang kawan lama, rasanya ingin mengelilingi seluruh kampung berjalan seharian sambil mengingat masa kecil. Diantar kawan saya mengunjungi rumah kawan yang lain, diantara kaburnya ingatan saya ternyata orang tua si kawan masih mengingat saya dengan jelas juga orang tua saya, kalau tidak ingat situasi mungkin saya sudah memeluk semua orang yang saya temui sambil menangis bahagia.

Sebelum pulang saya punya kesempatan masuk rumah lama saya, bertemu penghuni barunya yang juga kawan baik orang tua saya. Saya mina izin untuk berkeliling halamannya dan menangis haru dihalaman samping, ah saya selalu sentimentil tentang semua kenangan masa kecil saya.

Diperjalanan pulang ingin rasanya cepat-cepat menceritakan kunjungan saya ini ke bapak ibu, bercerita bahwa kawan-kawannya masih banyak yang sehat walau diusia senja, bercerita saya bertemu teman lama yang dulu hampir tiap hari bermain dengan saya dirumah, tapi saya sadar kita tak pernah bisa bertatap lagi jadi dalam hati saya berdoa semoga bapak ibu tahu kalau hari ini saya pulang kerumah tempat kenangan tersimpan. Rindu itu memang tak akan pernah usai.

No comments:

Post a Comment