
Berjalannya waktu rakyat Tearling menjadi terpuruk menyebabkan kemiskinan, buta huruf dimana-mana, dan kualitas kesehatan yang semakin memburuk, rakyat Tearling harus membayar mahal jika membutuhkan tenaga dokter dari Mortmesne. Terpuruknya Tearling menyebabkan Mortmesne berusaha untuk menginvasi namun saat pemerintahan Ratu Arla, Tearling masih bisa melawan karena keteguhan sang Ratu. Setelah Ratu Arla wafat Ratu Elyssa menjadi pemimpin baru Tearling, sayangnya Ratu Elyssa tidak seberani dan sekuat Ratu Arla, dia malah menyetujui perjanjian dengan Mortmesne tentang perbudakan.
Kelsea yang saat itu masih bayi diselundupkan keluar kerajaan secara diam-diam oleh ibunya Ratu Elyssa dibantu oleh pengawal setianya Mace dengan hanya membawa dua kalung simbol kerajaan Tearling. Kelsea dititipkan kepada pasangan Carlin Glynn dan suaminya Bartholomew atau Kelsea lebih suka memanggilnya Barty, Carlin adalah perempuan cerdas yang keras dan disiplin kepada Kelsea sementara Barty yang lebih sabar sering mengajak Kelsea keliling hutan untuk belajar sedikit ilmu bela diri atau meramu tanaman obat. Tepat setelah usianya menginjak 17 tahun ada sepasukan pengawal kerajaan yang menjemput Kelsea untuk kembali ke Istana menjalani prosesi pengangkatan menjadi Ratu dan memimpin Tearling. Perjalanan menuju Istana saja sudah penuh bahaya, ada banyak percobaan pembunuhan kepada Kelsea, saat tiba di Istana Kelsea langsung dihadapkan dengan banyak masalah, dari mulai perbudakan, masalah buta huruf, soal pamannya yang tamak, pengkhianatan pengawalnya,
banyaknya kepentingan berbagai pihak dan percobaan pembunuhan lagi.
Saya suka banget sama caranya Erika Johansen menggambarkan sosok Kelsea yang pemberani, kuat, baik, cepat mengambil keputusan tapi juga rapuh dan bukan tokoh utama perempuan yang biasanya digambarkan selalu cantik, menawan, atau banyak laki-laki ganteng jatuh hati padanya, di buku ini sekalinya Kelsea jatuh cinta kepada Flitch si pencuri malah bertepuk sebelah tangan karena Flitch bilang Kelsea bukan tipenya hehehehe. Tidak hanya bercerita dari sudut pandang Kelsea saja tapi buku ini bercerita dari banyak sudut pandang tokohnya seperti Ratu Merah yang sebenarnya juga memiliki rasa takut. Walaupun ditengah cerita sempat bingung sebenarnya ini kisah masa lampau atau malah berabad abad setelah masa kini gara-gara munculnya nama-nama pengarang seperti Tolkien atau J.K Rowling tapi itu gak berpengaruh sama keasyikan baca buku ini, The Queen of The Tearling bener-bener membikin saya jatuh cinta sama semua yang ada dibuku ini, pengarangnya jago banget ngebikin pembacanya terus penasaran siapa ayah kandungnya Kelsea tapi musti sabar nunggu seri keduanya yang belum ada versi terjemahannya.
No comments:
Post a Comment